Monday
Oh Negeri-(birokrasi)-ku...
Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Barangkali itu ungkapan yg pas buat masyarakat kita yg sudah lama haus akan dahaga kenyamanan dan kemudahan dalam melakukan segala macam bentuk pengurusan birokrasi di negeri ini.
Bagaimana tidak !! Sudah menjadi rahasia umum bahwa mengurus--segala sesuatu yg berhubungan dengan--birokrasi di negeri ini adalah suatu hal yang amat sangat menjengkelkan. Jangankan mengurus dokumen mahal, bikin KTP aja yg (katanya) gratis, masih saja rakyat dikibuli berbagai alasan, blanko lagi kosong lah, pak kades gak ada di tempat lah, ini lah, itu lah, namun semua alasan itu otomatis raib setelah proses 'tawar-menawar harga pas, tancap gas'..(kaya lagunya bang Iwan Fals aja yah..hehe..)
Maklum brader, negara kita kadar penyakit korupsi-nya udah parah banggeeett.., dari mulai cacing cau yg ngadem di kelurahan ampe para wakil rakyat (gak tau deh rakyat yg mana) semuanya pada doyan 'ngobyek'. Gw suka mikir, mungkin korupsi ini budaya peninggalan VOC tempo doeloe. Soalnya denger2 nih, hukum di negara kita kan peninggalan walanda doeloe. Tp apa mereka gak tau ya? VOC itu jg kan ancur-nya gara2 korupsi. Atau jangan2 mereka para wakil rakyat gak tamat kali ya belajar di sekolah dulunya? Kok bisa sampe gak tau sejarah? Kok sampe bisa jadi wakil rakyat? Gimana ceritanya tuh? (ya mana gw tau, kok nanya gue..hehe..)
Jangan menutup mata.
Sebagai bangsa yang (katanya) ingin maju, mestinya semua elemen bangsa ini mau belajar dari bangsa lain yg sudah jauh lebih maju. Karena, diakui atau tidak, bangsa kita sudah keduluan oleh beberapa negara yg notebene dulunya justru belajar dari kita. Kehidupan rakyatnya makmur, pemerintahan teratur, jauh dari yg ngawur2..hehe..
Terus terang sob, gw sbgai anak bangsa ngerasa miris dgn keadaan ini. Wakil rakyat bukannya sibuk ngurus rakyat, malah berantem doank kerjanya (gk malu yah sikap kekanak-kanakannya diliatin 200 juta rakyatnya) itupun berantem bukan ngurus rakyat, cuma jaga gengsi pendapat nya kalah. Lha terus apa guna musyawarah dooonk kalo gak mau menghargai pendapat org laen? Dasar Ndessoo..katroo..
Jd keingetan dulu jaman Pak Harto (mo nulis Bung Karno, gw gak ngalamin sob), dulu di TVRI suka ada tuh acara 'kelompencapir' acara tentang wakil rakyat--bahkan presiden--langsung turun ke tengah2 masyarakat buat denger langsung aspirasi masyarakat.
Hal kaya gini lebih efektif lho, jadi wakil rakyat bener2 tau apa keluhan wong cilik. Bukan dari survey yg dilakukan asisten dari asistennya sang asisten..(asisten yg bener yg mana nih? Asisten banyak amat, pantes aja dana jadi pada bengkak..ups..)
Balik lagi ke soal birokrasi, menurut Analisa Saya, bukan analisa Mas Butet lho,hehe..
Sebaiknya rakyat dilayani dengan baik, dana yg gak ada jangan di ada-adain. Semakin rakyat diberi kemudahan, AKAN semakin MENUMBUHKAN KESADARAN MASYARAKAT akan kewajiban-kewajibannya. dijamin deh gak bakalan banyak orang kena tilang lantaran telat bayar pajak tahunan kendaraan mereka.
Jangan lagi ada pegawai kelurahan yg terkesan ogah2an dan terpaksa--apalagi gak mau kalo gak ada duit--dalam melayani masyarakat. Lantas apa dong makna 'ABDI NEGARA' yang menjadi julukan mereka ??
Lihat saja di Cina, mereka memfasilitasi rakyat nya yg kreatif, diberi kemudahan, sarana dan pra-sarana dipenuhi. Dari mulai pejabat setempat hingga tingkat menteri, mereka mau mengurusi kreatifitas rakyatnya. Menjembatani home industri menjadi barang ekspor. Hasilnya? Cina menjadi negara dengan cadangan devisa terbesar di asia, bahkan dunia !!
Atau Belanda, emg sih menir2 ini dulu ngejajah kita, tapi gak ada salahnya dong belajar dari negeri yang mampu bertahan dari keganasan alamnya. Ya, sebagian wilayah Belanda berada di bawah permukaan laut, bahkan titik terendahnya berada pada titik 6.76 m dibawah permukaan laut. tapi berkat usaha yg terus menerus mereka mampu berdampingan dengan alam yg senantiasa mengancam mereka, bahkan kini mereka menjadi acuan dalam pembangunan tanggul dan bendungan. Jadi gak terjebak dalam masalah itu-itu juga. Mereka mencari solusi, memecahkannya bersama dan membuat inovasi yg lebih baik. Dapat info dari mbah google sih, katanya di Belanda dulunya waktu jaman kincir angin bertugas mengeringkan lahan, mereka, para petani wajib membersihkan kanal2 yg dibuat pemerintah untuk mengalirkan air danau ke laut yang melewati tanah mereka. Nah seminggu sekali mereka berkumpul untuk mengevaluasi dan mencari solusi atas masalah2 yg timbul. Hasilnya? Belanda yang tak sebesar Jawa Barat itu kini menjadi eksportir pertanian ke-3 di dunia !!
Bayangkan bila Indonesia yg segalanya tersedia (yang ditopang SDM yang bertanggung jawab tentunya). Bukan tak mungkin Zamrud Khatulistiwa akan bersinar..
Semoga.. :)
Labels:
ragam
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment
Komentar bebas tapi sopan...