Thursday

Dilema Sistem Transportasi

Entah kenapa tiba-tiba saja saya ingin posting tentang sistem transportasi umum. Mungkin hal ini berangkat dari pengalaman pribadi saya. Secara, saya adalah seorang yang senang bepergian naik kendaraan umum. Ya, saya tidak malu mengakui bahwa saya adalah seorang penyuka bus dan kereta api, hobi yang saya bawa dari kecil hingga saat ini.

Sejak saya mengikuti beberapa forum di internet yang membahas tentang hobi saya (tentang alat transportasi umum), dari sana lah saya mulai mengarahkan perhatian saya secara lebih intens mengenai berbagai masalah transportasi umum (khususnya yang saya alami).

Dari forum-forum itu saya faham akan betapa semrawutnya sistem transportasi kita. (ini opini saya lho,,maaf buat instansi terkait, hehe..). Mengapa saya katakan semrawut? Betapa tidak, contoh kecil saja, saya pernah melihat penayangan berita di suatu acara investigasi yang ditayangkan salah satu stasiun televisi swasta di tanah air, dalam program itu sang reporter menggunakan spy-cam berpura-pura sebagai seorang pengemudi--atau pengusaha--yang mengurus ijin trayek angkot miliknya. Singkat cerita, sang reporter yang berpura-pura akhirnya memperoleh ijin trayek setelah negoisasi disepakati dengan oknum instansi tersebut dan menghasilkan keputusan 'selembar uang seratus ribuan untuk sang pengurus', selesai. Padahal, sebelumnya diketahui bahwa trayek tersebut sudah mencapai kuota maksimal jumlah armada yang boleh beroperasi.

Dampak yang terjadi memang tidak terlihat secara langsung alias tak kasat mata, karena susah juga kalau harus membandingkan rasio antara jumlah kendaraan umum dan penumpang sebagai pemakai jasa. Yaiyalah susah, masa harus mengumpulkan seluruh armada satu trayek dan penumpangnya dalam satu waktu dan tempat, gak ada kerjaan banget hehehe.. Namun setidaknya kita masih bisa merasakan dampak dari kesemrawutan itu. Contoh kecilnya lihat saja, berapa banyak angkot yang ngetem berjejer di perempatan atau di depan pool ojek untuk menunggu calon penumpang yang tak pasti datang (mirip lagu Bang Iwan Fals yah? Hehe..) padahal itu satu trayek lho, belum lagi ditambah angkot dari trayek lain yang melalui rute yang sama. Bisa anda bayangkan sendiri. :s

Hmm.. Jadi teringat kisah awal mula rencana pemerintah DKI Jakarta tentang pengoperasian busway. Awalnya busway ditujukan untuk mengatasi kemacetan di ibukota, namun yang terjadi malah sebaliknya. Kemacetan malah semakin menjadi-jadi, kendaraan umum dan pribadi masuk ke jalur busway (baca:jalur reguler yang digusur dijadikan jalur busway), ditambah sepeda motor. Sungguh kacau! Kendaraan semakin banyak, sementara panjang jalan tetap segitu-gitu juga. Pemerintah memperbanyak armada busway, sang oknum pun tak mau kalah melenggangkan kaki dengan memberi ijin trayek armada transportasi umum demi helai demi helai rupiah. Alhasil, jumlah angka angkutan umum membengkak memperebutkan penumpang yang itu-itu juga.

Pernah saya membaca artikel yang membahas tentang transportasi di suatu negara, disana, bus dan angkutan lain diatur sedemikian rupa sehingga tak mengecewakan penggunanya, jadwal yang dibuat benar-benar bisa dipercaya, hanya meleset beberapa menit dari jadwal. Jam operasi kendaraan pun disesuaikan dengan kebutuhan penggunanya, apabila jam sibuk, intensitas volume kendaraan ditambah untuk mengangkut banyaknya penumpang. Benar-benar sistem yang rapi, karena ya itu tadi, tak ada masalah-masalah seperti di atas, tak ada macet, tak ada acara ngetem berjamaah, tak ada yang terlambat sekolah/ngantor karena semua ditata dengan profesional yang pada akhirnya masyarakat mencintai angkutan umumnya. Mereka malah lebih menyukai bepergian dengan kendaraan umum dibanding membawa kendaraan sendiri. Ya, kendaraan umum menjadi pilihan utama karena lebih praktis, lebih hemat dan efisien. Di dalam kendaraan umum bisa bercengkrama dengan sesama penumpang, bisa membuat rileks otak kita sebelum sampai di tempat kerja (tidak stress memikirkan mecet), bisa menikmati pemandangan selama di perjalanan, bahkan bisa tidur hehehe.. Pokoknya, slogan better by bus, better by train benar-benar tepat sasaran.

Maksud hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai, barangkali ungkapan itu sedikit bisa menggambarkan keadaan yang terjadi. Maksud hati pemerintah mengkampanyekan better by bus atau better by train seperti di luar negeri, apa daya sistem transportasi nya masih acak-acakan bin awut-awutan.

Dengan semua masalah itu, selalu ada harapan untuk memperbaiki, selama masih ada pribadi-pribadi tulus yang berfikiran memajukan bangsanya. Kerjasama semua pihak terkait sangat bisa menyelesaikan semua kesemrawutan yang ada. Sinkronisasi antara pemerintah dan pengusaha angkutan adalah kunci agar masyarakat mencintai fasilitas umum yang satu ini.

Mengutip slogan transportasi yang sudah berhasil di suatu negara, 'better by bus, better by train, enjoy awesome nature all your trip'.

Salam.
:)

1 comment:

Komentar bebas tapi sopan...